ONE STOP SCHOOLING
ONE STOP SCHOOLING
Bapak Doel :“Bagaimana upaya kita untuk meningkatkan jumlah
murid, Pak?.”
Bapak Rano : “Ya semua itu tergantung passion manajemen
sekolah.”
Bapak Doel : “Maksudnya, Pak?.”
Bapak Rano : “Kita harus duduk bersama membahas masalah ini.
"Apalagi kita adalah sekolah besar dengan beberapa
unit dari mulai TK, SD, SMP, dan SMA.”
Sepenggal percakapan di atas dipastikan sedang berdiskusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pada suatu sekolah. Masalah di setiap sekolah pasti beragam dari mulai sistemnya, aturannya, suasananya, lingkungannya, bahkan sampai kesejahteraannya.
Sebuah sekolah menjadi sekolah yang besar dalam artian gaji, penghasilan,atau kesejahteraan gurunya tinggi bukanlah sesuatu yang instan terjadi. Kadang ada istilah bayi ajaib, baru lahir langsung besar. Meminjam istilah bayi ajaib tadi, bisa saja terjadi. Namun, itu semua tidak serta merta menjadi kenyataan, pasti ada proses yang panjang mengawalinya.
Proses sekolah yang baru lahir pastinya juga tidak langsung besar. Semua itu memerlukan waktu, tenaga, dan uang/biaya dalam perkembangannya. Sebuah sekolah terlahir dengan visi dan misi yang berbeda. Begitu juga dengan guru-guru dan karyawan yang ada di dalamnya pasti memiliki visi misi yang berbeda. Semakin besar sebuah sekolah, semakin besar pula biaya operasionalnya.
Dari perbedaan visi dan misi inilah yang menyebabkan dua kepentingan antara sekolah dan guru bertolak belakang. Guru menuntut gaji yang besar karena sudah lama bekerja, sedangkan kondisi sekolah lambat dalam perkembangan pemenuhan kesejahteraan. Hal inilah yang harus dikomunikasikan bersama sehingga tidak terjadi permasalahan ke depannya.
Seorang guru atau karyawan yang hanya semata-mata mengharapkan gaji yang besar dan sering pindah-pindah kerja menjadi tantangan bagi sebuah sekolah dalam upaya mempertahankan hidup dan matinya sekolah. Sudah sepantasnya setiap guru atau karyawan yang ada dalam sebuah sekolah menyadari akan keberadaan dirinya bisa bermanfaat bagi sekolah. Menyamakan visi misi yang berbeda tadi menjadi visi misi yang satu untuk mencapai tujuan bersama sudah selayaknya dilakukan oleh setiap guru atau karyawan tempat ia bekerja.
Menyamakan visi misi ini dikuatkan dengan passion. Passion adalah sesuatu yang tidak pernah kita bosan untuk melakukannya. Passion adalah segala hal yang kita korbankan untuk mencapai suatu tujuan. Passion adalah sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang. Passion tidak memikirkan untung dan rugi.
Kesamaan dalam passion setiap anggota di sebuah sekolah inilah yang nantinya dapat mengubah sekolah yang kecil menjadi sekolah yang besar. Sebuah sekolah akan menjadi besar diawali dari proses kompaknya semua anggota dalam melaksanakan tugas masing-masing yang diamanahkan. Kegiatan belajar mengajar yang bagus di sekolah menjadi pemikat,daya tarik, atau promosi yang bagus bagi sekolah. KBM inilah yang menjadi pendorong dan pemicu bagi siswa yang mendaftar ke sekolah tersebut. Banyaknya siswa yang masuk atau mendaftar tentunya meningkatkan pemasukan biaya operasional pengelolaan sekolah. Tentunya ini juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan guru dan karyawan. Bertambahnya siswa juga harus tetap diimbangi dengan layanan KBM yang kondusif.
Bagaimana dengan sekolah yang memiliki unit TK, SD, SMP, dan SMA/SMK?
Sudah selayaknya masing-masing unit saling membantu dan berbagi. Keberhasilan satu unit dalam memperoleh banyak siswa dan KBM yang bermutu sangat berarti bagi keberhasilan unit-unit yang lain. Bukan sebaliknya, keberhasilan satu unit dianggap sebagai pesaing unit yang lain. Unit yang sudah berhasil tetap rendah hati dan berbagi dengan unit yang lain. Jangan sampai keluar istilah unit itu disubsidi oleh unit ini. Ingat, sesungguhnya keberhasilan itu karena kompaknya orang-orang yang ada pada lembaga tersebut dan tidak ada kedengkian di dalamnya.
Keberhasilan bersama itulah yang nantinya sekolah berkembang menjadi “ONE STOP SCHOOLING”. Mungkin Anda pernah atau bahkan sering mendengar istilah "One Stop". Jika diartikan secara mentah-mentah maka artinya adalah "satu kali berhenti saja", contohnya adalah istilah "One Stop Shopping", maka artinya adalah "Berbelanja dengan satu kali berhenti saja". Nah, apa maksud dari satu pemberhentian tersebut?
Pada dasarnya, manusia sangat tidak suka repot. Sekarang Anda coba membayangkan saat Anda harus berbelanja banyak jenis barang sekaligus, misal harus beli bahan makanan, perkakas, dan alat kebersihan rumah tangga. Jika anda membelinya di tempatnya sendiri-sendiri, tentu saja tidak mungkin karena pasti terkendala waktu dan energi.
ONE STOP SCHOOLING membantu stakeholder dan orang tua dari repotnya mencari sekolah bagi anaknya, selain itu memudahkan orang tua dalam hemat waktu dan energi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bekasi 28 Agustus 2024
Oleh : Muhammad Kurnia
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini